Kamis, 21 Januari 2010

PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU SWW-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA

Stratigrafi sumur tersusun oleh endapan alluvial (0-34 m), breksi polimik tidak terubah hingga terubah lemah (34-120 m) dan breksi polimik terubah sedang hingga sangat kuat (120-250 m). Struktur geologi dicirikan oleh adanya rekahan-rekahan halus yang umumnya telah terisi oleh urat oksida besi.
Ubahan hidrotermal hanya terjadi mulai kedalaman 120m hingga 250 m, dimana batuan terubah oleh proses argilitisasi, oksidasi dengan/tanpa anhidritisasi, kloritisasi, karbonatisasi, dan piritisasi. Pembentukan batuan ubahan sebagai hasil replacement dari mineral utama pada batuan dan matrik/masa dasar batuan. Intensitas ubahan sedang hingga sangat kuat (SM/TM= 40-80%)
Selama tiga tahapan pengukuran logging temperatur, yaitu pada kedalaman 100 m, 150 m dan 250 m menunjukkan kecenderungan yang relatif meningkat seiring dengan pertambahan kedalaman sumur. Anomali gradient temperatur sekitar 14ºC pada setiap pertambahan 100 m kedalaman sumur.
Batuan dari kedalaman 0 – 120 m belum mengalami ubahan hidrotermal hingga terubah lemah bersifat sebagai lapisan penutup atau overburden. Dari kedalaman 120 – 250 m merupakan breksi polimik dengan tipe ubahan argilik berfungsi sebagai batuan penudung panas (cap rock/clay cap).
Pemboran sumur landaian suhu SWW-1 telah menembus zona ‘up flow” dicirikan adanya peningkatan temperatur seiring pertambahan kedalaman sumur.

PENDAHULUAN
Sunur landaian suhu SWW-1 terletak ± 12 Km di sebelah timur kota Gorontalo, ± 500 m di sebelah utara manifestasi panas bumi Libungo, berada pada posisi geografis 123o 08’ 28,726’’ Bujur Timur dan 00o 31’ 27,086” Lintang Utara. atau pada posisi koordinat UTM 515724 mE dan 57939 mN (zona UTM 51, N) dengan ketinggian ± 18,5 m dpl (Gb. 1).

Penentuan lokasi sumur SWW-1 didasarkan atas hasil penyelidikan terpadu yang menunjukkan beberapa anomali seperti anomali Hg dan CO2, anomali gravity, adanya nilai resistivity rendah di sekitar pemunculan manifestasi panas bumi Libungo dan hasil pengukuran head-on menunjukkan bidang sesar Libungo berarah ke utara (Tim terpadu Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, 2005). Sumber panasnya sendiri berasal dari sisa magma pembentuk tubuh vulkanik Pinogoe yang berumur Kuarter bawah. Dengan demikian lokasi sumur SWW-1 berada pada zona up-flow dalam lingkungan daerah prospek Libungo.

Dengan mengetahui anomali gradient termal di daerah ini dan fluida hidrotermal yang mempengaruhi pembentukkan batuan ubahan,

maka dapat diinterpretasi bahwa di bawah permukaan terdapat suatu batuan reservoir dengan fluida hidrotermal (air panas/uap) bertemperatur cukup tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di masa yang akan dating.

HASIL PENYELIDIKAN TERDAHULU
Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Suwawa di bagian utara disusun oleh batuan Plutonik seperti Granit, Diorit. Sedangkan di bagian selatan didominasi batuan produk Bilungala dan batuan vulkanik Pinogoe berumur Tersier Atas-Kuarter Bawah /Andesit, piroklastik (Gb. 2)
Hasil Penyelidikan Geokimia Panas Bumi di daerah Suwawa menunjukkan bahwa mata air panas daerah Libungo mempunyai tipe air klorida dan Lombongo mempunyai tipe air sulfat sedangkan Pangi mempunyai tipe klorida - sulfat dan berada di daerah immature waters. Data isotop Oksigen-18 dan Deuterium mengindi-kasikan bahwa mata air panas tersebut telah dipengaruh oleh air meteorik.
Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa sistem air panas daerah Suwawa terletak pada zona up flow, dengan suhu bawah permukaan sebesar 150-188 º C. Sebaran Hg tanah dan CO2 udara tanah terdapat di beberapa tempat berupa kantong-kantong. Konsentrasi cukup tinggi dijumpai di daerah Libungo, Bulontala, dan
Lombongo. Kontur sebaran Hg dan CO2 dengan nilai tinggi terdapat pada daerah prospek seluas ± 2.5 km2.
Pola anomali magnit total sisa didaerah penyelidikan dipengaruhi oleh perbedaan nilai kerentanan magnetik batuan dan susunan atau komposisi batuan dibawah permukaan yang erat kaitannya dengan kejadian-kejadian geologi yang pernah terjadi seperti sesar, ubahan dan intrusi dan mineralisasi batuan.
Mata air panas Libungo, Lombongo dan Pangi berlokasi pada daerah transisi antara anomali magnit sedang dan rendah (antara -100 sampai -250 gamma) yang mengindikasikan telah terjadi proses demagnetisasi akibat proses panas dibawah permukaan (proses hidrotermal).
Zona anomali magnit tinggi di baratdaya mata air panas Libungo dan di selatan mata air panas Lombongo, masing-masing diperkirakan berkaitan dengan batuan vulkanik Andesit-dasitan Bilungala dan intrusi berulang batuan diorit Bone yang mengandung mineral magnetik.
Anomali gaya berat Bouguer mengindentifikasikan adanya suatu struktur depressi (graben) berarah baratlaut-tenggara.

Hal tersebut jelas terlihat dari kelurusan kontur dengan harga anomali rendah di bagian tengah dan anomali tinggi dibagian utara dan selatan.
Daerah prospek untuk potensi panas bumi terdapat di bagian timur dengan harga anomali gaya berat sedang atau cenderung rendah (berkisar antara 82 mgal s.d. 90 mgal pada peta anomali Bouguer dan antara -5 mgal s.d. 1 mgal pada peta anomali sisa.

Harga anomali sedang sampai rendah yang terdapat di bagian barat ditafsirkan sebagai defleksi batuan sedimen dan atau alluvial yang cukup tebal, Hal tersebut lebih jelas dilihat dari adanya Danau Perintis.
Berdasarkan interpretasi kualitatif dari pola anomali gaya berat Bouguer dan anomali Sisa, serta interpretasi kuantitatif model PNP1, PNP2, dan PNP3 dapat diperkirakan bahwa sumber panas (heat source) terdapat di bagian bawah daearah prospek tersebut.
Struktur sesar berdasarkan penyelidikan head on pada lintasan P, ditemukan di beberapa tempat yaitu di bawah titik ukur P-2800, P-2300, P-2100, P-1400, dan P-1200. Struktur yang berada di bawah titik P-2300 dijumpai pada kedalaman 100 – 400 m yang menunjam ke bawah dengan sudut kemiringan sekitar 60°. Struktur pada titik lain hanya muncul di permukaan sampai kedalaman ±100 m.
Struktur di lintasan Q terdapat di titik ukur Q-2100, menunjam ke arah selatan dengan kemiringan rata-rata ± 75° sampai kedalaman ± 425 m. Selain itu dijumpai juga di bawah titik Q-1700 yang menumjam ke Q-1800 dengan kemiringan ± 70° ke arah utara dan berlanjut tegak ke bawah sampai kedalaman ± 450 m.
Nilai tahanan jenis semu atau resistiviti semu dalam penggambaran penampang resistiviti semu ini dibagi menjadi tiga kelompok seperti dalam pemetaan resistiviti yaitu a) kelompok resistiviti rendah 100 Wm.
Nilai resistiviti sebenarnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu a) kelompok resistiviti rendah < 15 ?m dan 15 s.d. < 40 ?m, b) kelompok resistiviti sedang 40 s.d. 200 ?m.
Lapisan yang diduga sebagai lapisan penudung adalah lapisan ketiga dengan kedalaman puncak lapisan antara 200 s.d. 800 m dan tebal 150 s.d. 350 m. Lapisan ini disusun oleh kelompok resistiviti rendah <15 ?m dan 15 s.d. <40 ?m.
Lapisan reservoir bagian atas diduga terisi oleh kelompok resistiviti sedang 40 s.d. < 200 ?m dengan kedalaman puncak lapisan antara 350 s.d 700 m.

HASIL PEMBORAN
Konstruksi Sumur
Secara garis besar kegiatan pemboran diawali dengan bor formasi pakai tricone bit 7 5/8” dari permukaan sampai kedalaman 6 m, cabut rangkaian TB 7 5/8” sampai permukaan, masuk casing 6” (casing pelindung dari permukaan sampai kedalaman 6 m, semen permukaan casing dan TSK. Masuk rangkaian TB 5 5/8” sampai kedalaman 6 m, bor formasi sampai kedalaman 103 m, cabut rangkaian sampai permukaan, masuk casing 4” dari permukaan, duduk di 60 m, usaha masuk lebih dalam , tidak berhasil, lakukan set dan semen casing 4” di kedalaman 60 m dan TSK. Masuk rangkaian CB + HQ sampai kedalaman 58 m, bor semen hingga kedalaman 60 m, lanjut bor formasi (coring) hingga kedalaman 250 m. Konstruksi sumur SWW-1 disajikan pada Gb. 3.

Geologi Sumur
Stratigrafi sumur dangkal SWW-1 tersusun oleh dua satuan stratigrafi (dari tua ke muda) adalah Breksi Polimik dan endapan aluvial. Breksi polimik dapat dibedakan menjadi dua yaitu Breksi polimik tidak terubah hingga terubah lemah dan breksi polimik terubah sedang hingga sangat kuat(Gb. 4)

Breksi Polimik
Ditemukan dua macam breksi polimik yaitu breksi polimik yang tidak terubah hingga terubah lemah dan breksi polimik terubah sedang hingga sangat kuat.

Breksi polimik tidak terubah hingga terubah lemah, ditemukan pada selang kedalaman antara 34 m hingga 120 m, berwarna abu-abu, umumnya lapuk, fragmen menyudut-menyudut tanggung, berukuran maksimum 30 cm (diameter), umumnya kompak dank eras, kemas tertutup, terpilah buruk, semen/matrik terdiri dari pasir tufaan, rapuh dan mudah rontok. Sebagian dari breksi ini terubah lemah menjadi mineral lempung dan oksida besi, bersifat sticky-swelling clay, maksimum 15%.

Breksi polimik terubah sedang hingga sangat kuat, ditemukan pada kedalaman 120 – 250 m, terdiri dari breksi polimik yang sama dengan di bagian atas. Umumnya teroksidasi sangat kuat hingga kandungan paleosoil mencapai maksimum 65%, terutama pada kedalaman antara 160-165 m. Batuan bersifat sticky-swelling clay maksimum 40%. Batuan terubah hidrotermal menjadi mineral lempung, oksida besi, anhidrit, kadang-kadang pirit, kalsit dan klorit. Intensitas ubahan sedang hingga sangat kuat (SM/TM=40-80%).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar